Minggu, 13 Desember 2009

Peran Doa Dalam Pengobatan

Penelitian Snyderman (1996) menyebutkan bahwa terapi medis saja tanpa disertai dengan doa dan dzikir, tidaklah lengkap. Sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa disertai dengan terapi medis, tidaklah efektif. Sementara itu Matthew (1996) menyatakan bahwa suatu saat kita para dokter dan perawat selain menuliskan resep obat juga akan menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep sebagai pelengkap.

Dari pengalaman praktek sehari-hari pengalaman Hawari, D. (1997) berupa integrasi medikpsikiatrik dengan agama, membawa hasil klinis yang bermakna sesuai dengan temuan hasil penelitian para pakar lainnya. Uraian berikut ini sekedar contoh bahwa orang yang menderita sakit hendaknya berobat dan berdoa,selain itu diberikan pula contoh resep doa dan dzikir yang diberikan kepada para pasien untuk diamalkan selain meminum obat sesuai dengan resep dokter.

Manfaat pendekatan keagamaan dibidang kesehatan jiwa oleh Dr. D.B. Larson (1992) dalam berbagai penelitian yang berjudul religius commitment and health, menyimpulkan bahwa dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitannya, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spiritual power) jangan diabaikan begitu saja. Selanjutnya di kemukakan bahwa agama dapat berperan sebagai pelindung dari pada penyebab masalah (religion may have actually been protective rather than problem producing).

Dokter ahli jiwa atau psikiater hendaknya dapat menelusuri riwayat kehidupan beragama pasiennya sejak masa kanak-kanak hingga dewasa; sejauh mana pasien terikat dengan ajaran agamanya, sejauhmana kuatnya, dan sejauh mana hal ini mempengaruhi pasien. Bagaimanakah pendapat pasien berdasarkan keyakinan agamanya terhadap terapi psikiatri dan medic lainnya; serta bagaimanakah pandangan agamanya terhadap bunuh diri dan lain sebagainya.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut diatas, maka dala perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistic, yaitub agama, organobiologik, psiko-edukatif, dan sosial budaya; yang secara skematis dapat digambarkan sebagai nerikut:


Dari skema tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa manusia hidup dalam 4 dimensi :
a. Agama/spiritual yang merupakan fitrah manusia, merupakan kebutuhan dasar manusia(basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat pada hokum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan beretika, berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
b. Organo-biologik, mengandung arti fisik(tubuh/jasmani) termasuk susunan saraf pusat(otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari pembuahan,bayi dalam kandungan, kemudian, kemudian lahir sebagai bayi, dan seterusnya melalui tahapan anak(balita), remaja, dewasa dan usia lanjut.
c. Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orangtua termasuk pendidikan agama. Orangtua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orangtuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingg usia 18tahun.
d. Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif diatas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan.

Resep Doa dan Dzikir

Resep doa dan dzikier yang diberikan kepada para pasien untuk diamalkan selain meminum obat sesuai dengan resep dokter:

  1. Usaha berobat

Bagi mereka yang menderita sakit hendaknya berusaha berobat disertai dengan doa dan dzikir, hal ini sesuai dengan dua buah hadist berikut yang artinya:

    1. “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu sembuh. (H.R. Muslim dan Ahmad)”
    2. “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua.” (H.R. At Tirmidzi)
  1. Allah yang menyembuhkan

Sesungguhnya pasien yang berobat pada dokter, dokter hanyalah mengobati penyakit yang diderita pasien, namun sesungguhnya Allah yang menyembuhkan. Hal ini sesuai dengan dua ayat berikut, yang artinya:

    1. “Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa, apabila berdoa kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:186)
    2. Dan bila aku sakit Dialah yang menyembuhkan” (Q.S. Asy Syu’araa’, 26:80)
  1. Penyakit adalah cobaan perlu kesabaran

Dalam pandangan agama Islam orang yang sedang menderita sakit itu dapat dianggap sebagai ujian keimanan, dan untuk mengatasinya diperlukan kesabaran, sebagaimana 3buah ayat berikut ini, yang artinya :

    1. “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S. Al Baqarah, 2:153).
    2. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S. Al Baqarah, 2:155).
    3. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Q.S. Azzumaz, 39:10).
  1. Ridho dan penghapusan dosa

Bila seseorang sedang menderita sakit, sebagai seorang yang beriman hendaknya menerima sakitnya itu sebagai cobaan dengan hati yang ridha; karena sesungguhnya apa yang sedang dideritanya itu sebagai suatu penghapusan dosa yang sadar atau tidak sadar pernah dilakukan di masa lalu. Hal ini sesuai dengan 2 buah hadist, yang artinya :

    1. “Dan sesungguhnya bila Allah SWT. Mencintai suatu kaum, dicobanya. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan menerima Keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak ridha), dia akan memperoleh kemurkaan Allah” (H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
    2. “Dari Abu Huairah r.a dari Nabi Muhammad SAW. Bersabda: Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena banyaknya) kecuali Allah hapuskan akan dosa-dosanya” (H.R. Bukhari dan Muslim)
  1. Besarta kesukaran ada kemudahan

Orang yang menderita sakit seringkali kurang sabar berobat kesana kemari berpindah-pindah karena kurang percaya diri. Meskipun penyakitnya itu nampaknya sukar untuk disembuhkan sesungguhnya tidak demikian. Orang itu hendaknya berobat pada ahlinya dan senantiasa berdoa kepada-Nya (tawakal). Hal ini sesuai dengan ayat berikut ini, yang artinya:

‘Maka sesungguhnya beserta kesukaran itu ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesukaran ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh, dan kepada Tuhanmu engkau memohon tolong” (Q.S. Al-Insyiraah,94:5-8)

  1. Ketenangan jiwa

Pada umumnya orang yang sedang menderita sakit diliputi oleh rasa cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain berobat pada ahlinya, maka berdoa dan berdzikir (mengingat Allah) dapat menenangkan jiwa yang bersangkutan. Tuhan menganjurkan dalam keadaan bagaimanapun juga hendaknya ketenangan jiwa tetap dijaga karena Allah menjanjikan pahala surga. Dua buah ayat berikut yang artinya:

    1. “(yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram” (Q.S. Ar Ra’d, 13: 28)
    2. “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang Ridho lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu, dan masuklah kedalam Surga-Ku” (Q.S. Al Fajr, 89:27-30)
  1. Jangan cemas dan sedih

Biasanya orang yang sedang menderita sakit diliputi kecemasan dan kesedihan. Kedua hal ini dapat memperberat penyakit yang sedang dideritanya; oleh karena itu selain obat anti cemas dan anti defresi yang diberikan, pasien hendaknya berdoa sebagaimana dua ayat berikut ini:

    1. “Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul melainkan untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Maka, barang siapa yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka tidak ada kekhawatiran(kecemasan) dan tidak (pula) berduka cita dan bersedih hati (defresi)” (Q.S. Al An’aam, 6:48)
    2. “Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman” (Q.S. Ali Imran,3;139)
  1. Jangan was-was, bimbang dan ragu

Orang yang sedang sakit berkepanjangan seringkali diliputi oleh rasa was-was,bimbang dan ragu terhadap terapi medik-psikiatrik yang diberikan oleh dokter(psikiater). Dalam kondisi yang demikian ini ia mulai tersugesti oleh anjuran orang lain untuk berobat ke dukun,paranormal,”orang pintar”,dan sejenisnya; yang pada gilirannya dapat memperparah penyakitnya. Untuk menghindari hal tersebut perlu dipulihkan rasa percaya diri yaitu dengan ayat berikut ini yang artinya :

“Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia,yang menguasai manusia,Tuhan bagi manusia,dari kejahatan bisikan setan(was-was,ragu dan bimbang) yang tersembunyi. Yang membisikkan dalam dada (hati) manusia yang berasal dari jin dan manusia” (Q.S. An Naas,114:1-6)

  1. Doa kesadaran menghadapi fitnah

Orang bias menderita sakit secara fisik maupun psikis akibat difitnah oleh orang lain. Sehubungan dengan hal itu selain berobat pada ahlinya,kesabaran dan doa diperlukan untuk meningkatkan kekebalan fisik maupun mental; ayat berikut ini dapat diamalkan yang artinya :

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik”(Q.S. Al Muzzammil,73:10).

  1. Doa menghindari dari fitnah

Sebagaimana halnya pada butir (9) di atas,seseorang dapat sakit akibat fitnah orang lain. Oleh karena itu guna menghindarinya doa sebagaimana ayat berikut ini dapat diamalkan,yang artinya:

“Ya Tuhan kami,janganlah Engkau jadikan kami fitnah bagi orang-orang kafir,dan ampunilah kami ya Tuhan kami,sesungguhnya Engkau adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al Mumtahanah,60:5)

  1. Doa menghadapi orang yang zalim

Seseorang dapat jatuh skait akibat dizalimi oleh orang lain,sementara ia sendiri tidak berdaya. Selain berobat yang bersangkutan dapat memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil sebagaimana ayat berikut ini yang artinya:

“Ya Tuhanku ampunilah aku,ibu bapakku,orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang zalim melainkan kebinasaan”(Q.S. Nuuh,71-28)

  1. Jangan berburuk sangka

Biasanya bila seseorang menderita sesuatu penyakit,orang itu berkeluh kesah,tidak sabar dan seringkali berburuk sangka terhadap Allah swt; antara lain dengan mengatakan bahwa Allah tidak adil dan lain sebagainya.Oleh karena itu selain berusaha berobat pada ahlinya hendaknya hidari pikiran atau perasaan buruk sangka terhadap Allah,Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Penyembuh. Ayat dan hadis berikut ini dapat diamalkan,yang artinya:

    1. “Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan” (Q.S. Asy Syu’araa’,26:80)
    2. “Aku senantiasa berada disamping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat pada-Ku”(H.R. Bukhari dan Muslim).
  1. Jangan putus asa

Dalam menghadapai penyakit berat dan kronis,seringkali orang diliputi oleh rasa putus asa padahal sudah berobat sebagaimana mestinya,namun belum juga memperoleh kesembuhan. Sebagai seorang yang beragama dan beriman,rasa putus asa hendaknya dihindari; untuk mengatasinya ayat dan hadis berikut ini dapat menol;ong dari keputusasaan,yang artinya:

    1. “Katakanlah,hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dari segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Penyayang” (Q.S. Az Zumar,39:53)
    2. “Janganlah ada seseorangpun diantaramu mengharapkan mati karena bahaya (penyakit) yang menimpa dirinya. Maka seandainya terpaksa mengharapkan mati, hendaknya ia membaca:Ya Allah, hidupkanlah aku apabila hidup itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagiku” (H.R. Jama’ah dari Anas).
  1. Doa sebelum dan sesudah minum obat

Seseorang yang sedang menderita sakit sebelum minnum obat yang diresepkan oleh dokter, sebaiknya berdo’a sebagai hadist berikut ini yang artinya:

    1. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menyembuhkan aku dengan tidak menderita sakit lagi” (H.R. Bukhari).
    2. “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang: Ya Allah, Tuhannya manusia, hilangkanlah derita, sembuhkanlah penyakit, Engkaulah Zat Maha Penyembuh kecuali Engkau. Ya Allah hamba mohon kepada-Mu agar aku sahat” (H.R. Ahmad Nasai dari Muhammad bin Khatib)

Sesudah minum obat disertai doa sebagaimana tersebut diatas, sesuai dengan anjuran Nabi hendaknya yang bersangkuta sesudah meminum obat membaca doa berikut ini, yang artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kepada kita kecukupan dan kepuasan yang tidak terabaikan dan tidak tertolak” (H.R. Bukhari dari Abi Umamah).

  1. Doa sesudah sembuh

Bila seseorang telah sembuh dari penyakitnya, setelah menjalani pengobatan secara medik-psikiatrik disertai dengan doa dan zikir; patutlah ia bersyukur pada Allah SWT. Sebagai berikut, yang artinya:

“Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan yang memelihara segalaalam , pujian yang menyamai nikmatnNyadan menandingi keutamaannya” (H.R. Bukhari)

  1. Doa ampunan

Orang yang sedang sakit seringkali disert6ai dengan perasaan bersalah dan berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukannya dimasa lalu. Untuk itu pintu taubat dan ampunan dari Allah SWT. Tetap terbuka lebar. Ayat dan hadist berikut ini dapat diamalkan, yang artinya:

a. “Dan mohpon ampunlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Annisa,4:106)

b. “ Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seseorang hambanya selama ruh (nyawanya) belum sampai ditenggorokannya (dalam keadaan sakaratul maut). Bertaubatlah kamu sebelum maut menjemputmu” (HR. At-Tirmidzi)

  1. Doa Pasrah

Orang yang sedang sakit selain berobat, berdoa dan berdzikir hendaknya pasrah agar tidak terbebani secara mental karena keterbatasan manusia dan tuhanlah yang menentukan hidup atau mati hambaNya. Hal ini sesuai dengan dua ayat berikut ini, yang artinya;

    1. “Kepunyaan-Nya-lah kekuasaan langit dan bumi dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan” (Q.S. Al Hadiid,57:5)
    2. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S. Al-An’am,6:162)
  1. Doa menghadapi kematian

Bila seseorang dalam keadaan mendekati kematian, maka menjadi kewajiban anggota keluarganya untuk menuntunnya mengucapkan kalimat (yaitu dengan membisikkan ke telinganya): “Laa Ilaaha Ilallah (Tiada Tuhan selain Allah). Hal ini sesuai dengan dua buah hadist berikut, yang artinya:

    1. “Ajarkanlah kepada akan mati (diantara) kiamu kalimat: “Laa Ilaaha Ilallah” (H.R. Muslim)
    2. “Siapa yang akhir kalimat yang keluar dari lidahnya, kalimat “Laa Ilaaha Ilallah” pasti masuk sorga” (H.R. Abu Daud dan Al-Hakim).
  1. Dzikir yang dianjurkan

Selain contoh doa sebagaimana diuraikan dimuka, maka tidaklah lengkap dan sempurna apabila tidak disertai dengan dzikir. Dzikir adalah ucapan yang selalu mengingatkan kita kepada Allah. Perihal dzikir, ayat berikut ini menjelaskannya yang artinya:

“Dan berdzikirlah (ingat Tuhanmu) dalam hatimu dalam kerendahan hati dan rasa takut, dengan suara perlahan-lahan diwaktu pagi dan petang hari, dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang lalai” (Q.S. Al-a’raaf)

Adapun ucapan atau bacaan dzikir yang dimaksudkan adalah:

a. Membaca Tasbih: “Subhaanallaah” (Maha suci Allah)

b. Membaca Tahmid: “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah)

c. Membaca Tahlil: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan selain Allah)

d. Membaca Takbir: “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar)

e. Membaca Hauqalah: “Laa haula walaa quwwata ilaa billah” ( Tiada daya upaya dan kekuatan kecuali kepunyaan Allah)

f. Membaca Hasbalah: “Hasbiyallaahu wani’mal wakil” (Cukuplah Allah dan sebaik-baik pelindung)

g. Membaca istigfar: “Astagfirullaahal’azhiim” (Saya mohon ampun kepada Allah yang maha Agung)

h. Membaca Lapad Baaqiyaatush shaalihat: “Subhanallah, walhamdulillaah, walaa ilaaha illallah, wallaahu akbar” (Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah maha besar)